Dalam berbagai forum dan kesempatan, seringkali IMM melakukan materi "Meneropong masa depan". Dalam materi tersebut, IMMawan/wati diajak untuk melihat gambaran yang akan terjadi beberapa saat mendatang. Terasa indah mendengar, membaca dan merenungi apa yang mereka rencanakan; mengenai cita-cita, harapan dan mungkin mimpi-mimpi yang mesti mereka wujudkan. Dalam ranah keagamaan, kebanyakan dari mereka menginginkan menjadi aktivis Muhammadiyah yang akan membela perjuangan Islam khususnya Muhammadiyah; menegakkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. IMM bagi mereka merupakan sebuah sarana seumpama jembatan yang akan mengantarkan mereka kepada cita-cita Muhammadiyah. Melalui IMM mereka tahu tujuan IMM yang selaras dengan tujuan Muhammadiyah.
Dalam kehidupan pribadi, IMM dapat menjadi kawah candradimuka yang akan membekali mereka dalam kehidupan selanjutnya; menjadi pribadi yang mumpuni dalam keluarga dan menjadi makhluk sosial yang berkualitas. Selebihnya IMM adalah ladang pembelajaran untuk mematangkan bagaimana cara untuk berda’wah amar ma’ruf nahi munkar di tengah masyarakat.
Dari segelintir mimpi-mimpi kader tersebut saya dapat memberikan gambaran seperti apa peranan dan manfaat IMM bagi mahasiswa khususnya mahasiswa yang tergabung dalam IMM sendiri. IMM merupakan wadah untuk belajar tentang organisasi, berfikir intelek dan berakhlak mulia, dan mendidik mahasiswa untuk siap terjun dalam masyarakat kelak.
Maslahat atau Mudharat?
Fenomena yang banyak terjadi dari dulu hingga sekarang, mahasiswa yang terlalu aktif di organisasi tertentu sampai jarang kuliah, maka biasanya IP bisa diramal sebelum pengeluaran KHS – sama seperti murid SD yang tak pernah mau belajar meski ia bukan murid yang cerdas. Padahal, mungkin sekali IP dan ijazah tidak akan memberikan apa-apa tanpa kesadaran emosional (Emotional Quotient) dan kesadaran spiritual (Spiritual Quotient) yang tinggi. Kehadiran di bangku kampus terbukti tidak memberikan apa-apa tanpa rasa suka untuk kuliah, dan hal ini tidak pernah benar-benar dihargai oleh kebanyakan orang yang mengakui dirinya sebagai ahli pendidikan.
Dengan mengikuti organisasi tertentu secara tidak langsung telah memberikan poin yang lebih bagi pembelajaran, sayangnya poin ini jarang sekali kita perhatikan. Kita seringkali menganggap keduanya berbeda. Di dalam buku-buku accelerated learning disebutkan bahwa seseorang akan mampu mengingat dengan lebih baik apabila ia merasakan langsung manfaat dari sebuah pelajaran, bagaimana kemudian sesuatu yang ia pelajari berlaku pada konteks dunia nyata. Seseorang juga akan belajar lebih banyak hal apabila dia berinteraksi dengan orang lain dan secara berkesinambungan mempertahankan hubungan tersebut. Dia akan mampu menghubung-hubungkan berbagai hal yang dipelajarinya dengan banyak bidang. Begitulah cara Einstein berpikir. Seorang mahasiswa akan lebih banyak belajar jika ia mampu berinteraksi dengan baik dengan dunia di luar kampus, apakah itu realitas sosial maupun alam semesta.
Melalui organisasi kampus seperti juga IMM, mahasiswa dapat belajar bersosialisasi dengan dunia di luar kampus, dunia sesungguhnya. Mengesampingkan ego, idealitas, dan sikap intelek yang berlebihan. Interaksi sosial yang baik akan sangat menolong mahasiswa selepas ia menanggalkan almamater kampusnya ke tengah masyarakat. Inilah sesungguhnya belajar yang manusiawi, belajar dalam universitas kehidupan.
Belajar yang manusiawi sesungguhnya merupakan hak asasi setiap manusia. Dengan belajar diharapkan seseorang akan mampu menjadi manusia yang memenuhi tiga kodratnya, sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Ketiga dimensi ini yang kemudian tergambar di dalam tiga bentuk kecerdasan yaitu IQ, EQ, dan SQ. Dalam konteks individu, seseorang tidak akan pernah berbuat banyak terhadap hal-hal yang bermanfaat di dalam hidupnya jika ia tidak pernah mengimplementasikannya di dalam kehidupan sosial. Kehidupan organisasi yang telah dilalui ketika menjadi mahasiswa akan lebih berarti untuk mengembangkan potensi dirinya di masyarakat.
IMM bagi Mahasiswa Umumnya
Pada ranah yang lebih luas – dalam realitas gerakan mahasiswa saat ini – boleh dikatakan IMM kurang dikenal di kalangan masyarakat luas. Hal ini karena peranan IMM di masyarakat masih sangat kurang. Artinya, peranan IMM baik di internal kampus maupun di luar kampus saat ini masih dipertanyakan. Gerakan IMM masih lebih terfokus pada lingkaran terkecil; internal organisasi.
Sebenarnya, melalui tri kompetensi dasar-nya IMM harus dapat memberikan peranan yang signifikan bagi mahasiswa, persyarikatan (dalam hal ini Muhammadiyah), dan masyarakat. Sebagai organisasi underbo Muhammadiyah, maka gerakan kader ini harus mampu memberikan kontribusi bagi mahasiswa untuk dapat ber-amar ma’ruf nahi munkar berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sesuai dengan tujuan IMM yaitu mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
Disadur dari blognya fajar
21 Februari 2009
Meneropong Masa Depan
Diposting oleh
PC IMM Surabaya '08-'09
di
10.20
Label: IMM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tho'at Setiawan
Profil Singkat
- PC IMM Surabaya '08-'09
- Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
- Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kota Surabaya Periode 2008-2009
Posting Anda?
Jika pengunjung bermaksud memunculkan artikelnya kedalam blog ini silahkan mengirimkan artikelnya beserta identitas yang jelas ke pc_immsby.posting@blogger.com
dan bagi yang sudah berkunjung jangan lupa isi buku tamu
0 komentar:
Posting Komentar